2. Fungsi Teks Anekdot
Teks anekdot memiliki dua fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi primer sebagai sarana ekspresi yang berhubungan dengan ketidakpuasan,
kejengkelan, kemarahan, dan sebagainya.
b. Fungsi sekunder sebagai bahan hiburan, analogi, atau contoh dalam menjelaskan
sesuatu, penarik perhatian, dan sebagainya.
3. Tujuan Teks Anekdot
Teks anekdot mempunyai tujuan berikut ini.
a. Menyampaikan kritikan secara tidak langsung dengan cara sindiran pada layanan
publik di bidang hukum, politik, lingkungan, dan sosial.
b. Membangkitkan tawa untuk menghibur pembacanya.
c. Mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum dari kisah singkat itu sendiri
atau untuk melukiskan suatu sifat dengan ringan.
4. Ciri-Ciri Teks Anekdot
Teks anekdot mempunyai ciri-ciri berikut ini.
a. Cerita fiksi atau percakapan singkat dengan gambaran realistis.
b. Bersifat menggelitik, lucu, jengkel, dan konyol.
c. Menyindir secara tidak langsung.
d. Di dalamnya terkandung tokoh, latar, rangkaian peristiwa, pelajaran, dan nasihat
A. Contoh Anekdot Bidang Hukum
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Tiga polisi berkumpul di tepi hutan. Mereka masing-masing dari A, B, dan C. |
Orientasi | Mereka berlomba menangkap kelinci yang akan dilepaskan ke hutan. Segala metode boleh dicoba, berikut teknologi yang mereka punya. |
Krisis | Polisi A mendapat giliran pertama. Kelinci dilepas. Wussss… polisi dan anak buahnya menyusul dan menyebar di dalam hutan. Tiga jam kemudian si kelinci tertangkap. Polisi B mendapat kesempatan kedua. Wuss… lagi-lagi kelinci dilepas. Tiga orang polisi mengikutinya ke hutan sambil menenteng peralatan canggih milik FBI. Katanya bisa mendeteksi kelinci dengan akurat dalam radius 1 km. Ah masa? Eh, dua jam kemudian si kelinci sudah berhasil dibawanya ke luar hutan. Polisi C mendapat giliran terakhir. Wusss … kelinci melesat masuk hutan. Polisi mengikuti tanpa peralatan apa pun. Hanya lima menit si polisi menyeret ke luar seekor beruang yang nangis berteriak, “Ampun, Pak, ampun! Saya jangan dipukuli. Saya ngaku deh! Saya kelinci!” |
Reaksi | Polisi A dan B tercengang melihat apa yang dilakukan oleh polisi C yang menyeret beruang yang menangis minta ampun dan mengaku sebagai kelinci. |
Koda | - |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Dalam sebuah mata kuliah sistem hukum Indonesia, dosen mengatakan bahwa hukum di Indonesia itu ibarat pisau tajam ke bawah dan tumpul ke atas. |
Orientasi | Perkara hukum selalu tajam ke bawah yaitu rakyat dilapisan bawah, sedangkan hukum untuk para pejabat tumpul, artinya banyak pejabat yang melakukan korupsi bebas dari tuntutan. Maka terjadilah perdebatan dalam kelas tersebut |
Krisis | Dosen: “Apakah kalian setuju dengan pengibaratan hukum Indonesia yang tumpul ke atas dan tumpul ke bawah?” Budi: “Saya sangat setuju pak, karena dalam kenyataannya memang itulah yang terjadi”. Tegar: “Benar sekali pak, bagi orang yang tak berduit akan merasakan seberapa tajam pisau itu pak. Sedangkan bagi orang yang berduit bisa saja menghentikan hukum dengan duit yang dimilikinya”. Dosen: “Memang benar, namun lebih mending hukum Indonesia ibarat pisau”. Deni: “Maksudnya pak?” |
Reaksi | Dosen: “Jika hukum ibarat pisau masih mending yang salah dan berduit tetap dihukum, meskipun hukumnya ringan. Daripada hukum ibarat Tuhan, pasti yang di atas selalu benar dan tidak bisa disalahkan”. |
Koda | - |
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu hari, Bu Mimin berniat pergi ke pasar bersama Susi dengan menggunakan mobil. |
Orientasi | Saat mereka berdua melintasi sebuah perempatan, mereka terhenti karena lampu merah dan di tambah dengan kondisi jalan sedang macet total. |
Krisis | Setelah beberapa menit lampu merah pun berganti menjadi lampu hijau. Namun suasana macet dan banyaknya kendaraan saat itu membuat Bu Mimin dan Susi tertinggal, lampu hijau pun berubah menjadi lampu merah kembali. Karena ingin cepat sampai ke tujuan, merekapun ‘menerobos’ lampu merah. Tak terduga, diseberang jalan terdapat polisi yang sedang memantau jalan menilang mereka. |
Reaksi | Susi yang memegang kemudi membuka kaca mobilnya lalu polisi tersebut menanyakan mengapa mereka berdua melanggar peraturan. “Saya sedang terburu-buru, pak!” Karena polisi tersebut kurang puas dengan jawaban Susi, iapun terus menanyakan hal yang sama. Karena tak ingin berdebat lagi, Bu Mimin memberikan uang sebesar Rp. 20.000. Polisi tersebut mengangguk dan menerima uang tersebut. Lalu polisi itu tersenyum mempersilakan mereka melanjutkan perjalanan. |
Koda | Dalam hati mereka mengambil kesimpulan, “Kalau polisi tiba-tiba datang terus melakukan razia atau penilangan, itu tanda kalau mereka butuh uang.” |
B. Contoh Anekdot Bidang Politik
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Sudah menjadi kebiasaan Pak Camat akan mengunjungi wilayah-wilayah di bawah kepemimpinannya secara bergiliran. |
Orientasi | Suatu hari, Pak Camat berencana mengunjungi salah satu kawasan RW berprestasi yang akan dibanggakannya. |
Krisis | Sekretaris : “Pak, mobil sudah siap!” Pak Camat : “Sebentar, kita tunggu dulu sampai di lokasi banyak wartawan, ya!” Sekretaris : “Baik, Pak.” Beberapa menit kemudian, seorang staf bawahan lari tergopoh-gopoh mendekati Pak Camat. Staf : “Pak, gawat Pak! Pasar yang baru dibangun minggu lalu sudah banyak kios yang ambruk!” Pak Camat : “Loh, kenapa ya?” Staf : “Kata salah seorang pedagang, kayu atapnya digerogoti rayap semua, Pak!” Pak Camat : “ Wah, ayo pergi jangan sampai kita keduluan wartawan!” |
Reaksi | Sekretaris : ”Mobil sudah siap, Pak, kita ke RW berprestasi atau ke pasar dulu?” Pak Camat : “Pasar! Ga usah bilang bilang!” |
Koda | Mobil pun berlaju dengan kencang. |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Negara Paraguay dikenal sebagai negara yang tidak mempunyai laut. Akan tetapi anehnya, negara Amerika Latin tersebut memiliki panglima angkatan laut. |
Orientasi | Suatu ketika, Panglima AL Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil. Ketika itu Brasil terkenal sebagai negeri dengan banyak pelanggaran hukum. Dalam kunjungan itu ia menemui panglima AL Brasil. |
Krisis | Salah seorang staff AL Brasil yang ikut menemuinya bertanya aeenaknya, "Negara bapak itu aneh , ya. Tidak punya laut tapi punya panglima seperti Bapak." |
Reaksi | Dengan enteng sang tamu menanggapinya, "Negara Anda ini juga aneh. Hukumnya tidak berjalan tetapi perlu mengangkat seorang menteri Kehakiman. |
Koda | - |
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu hari si Kabayan menunjukkan keahliannya sebagai orang yang mampu menguasai bahasa burung-burung |
Orientasi | Raja mendengar dan membawanya berburu |
Krisis | Di jalan mereka melihat sebuah dinding yang runtuh dan seekor burung hantu membuat sarang di atasnya. Bertanyalah raja kepada si Kabayan, "Coba katakan apa yang diutarakan burung hantu itu?" |
Reaksi | "Ia mengatakan ," kata si Kabayan, "Jika raja tidak berhenti menyusahkan rakyatnya, kerajaan ini akan segera runtuh seperti sarangku ini." |
Koda | - |
C. Contoh Anekdot Bidang Sosial
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu ketika, orang-orang mengundang Nasrudin untuk menyampaikan khotbah di sebuah mejelis. |
Orientasi | Ketika di mimbar dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin tidak dalam majelis itu tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. |
Krisis | Kemudian ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar dibuat bingung dan akhirnya memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnya agar datang lagi untuk menyampaikan khotbah. Minggu depannya ketika naik mimbar Nasrudin lagi-lagi bertanya yang sama. "Apakah kalian tahu materi apa yang ingin saya sampaikan dalam khotbah ini? Sebagian dari mereka menjawab "Tidak" dan sebagian lagi menjawab "ya". |
Reaksi | Nasrudin pun berkata lagi, "Baiklah kalau begitu sebagian yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebagian lagi yang belum tahu" dan ia pun pergi lagi meninggalkan mimbar. |
Koda | - |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Pada suatu hari, Presiden Negara A hendak membeli kue kepada seorang ibu di pinggir jalan. |
Orientasi | Karena rasa ketertarikan yang kuat dengan penjual kue unik tersebut, sang Presiden mencoba bertanya kepada si ibu. Presiden : “Ibu punya anak berapa?” Ibu : “Saya punya anak empat, mereka sedang bekerja semua. Yang ke-1 bekerja di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan Negeri, dan yang terakhir di DPR. Mereka sangat sibuk sekali.” |
Krisis | Bapak Presiden menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya akan apa yang didengarnya. Beberapa pengawal presiden berbicara di belakang. “Meskipun hanya berjualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses, jujur. Kalau mereka sampai korupsi mungkin ibu ini sudah tinggal di rumah mewah!” |
Reaksi | Presiden : “Wah, hebat sekali. Ngomong-ngomong apa jabatan anak ibu di Polda, KPK, Kejaksaan Negeri, dan DPR? Ibu : “Ya sama seperti saya, jualan kue juga” Bapak Presiden tercengang mendengar jawaban yang diberikan si penjual kue. |
Koda | Situasi kembali normal dan bapak presiden beserta pengawalnya kembali ke kantor setelah membeli kue tersebut. |
Sindiran yang terdapat pada teks anekdot tersebut adalah kebiasaan korupsi oleh pejabat. Pejabat yang korupsi sudah memiliki rumah mewah.
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Di sebuah sekolah dasar sedang dilaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas V. |
Orientasi | Saat pelajaran berlangsung di kelas, terjadi dialog antara guru dengan siswanya. |
Krisis | Guru : “Siapa yang bisa jawab? Ciri–ciri orang pintar itu apa?” Murid SD : “Rajin belajar, dapat nilai bagus, dan selalu menyontek, Bu”. |
Reaksi | Guru : “Jawabannya sudah benar, tapi kok ada menyontek, maksudnya?” Murid SD : “Iya bu, buktinya kita bisa menyontek pesawat buatan luar negeri yang sangat canggih.” Guru : “Bener juga ya, berarti besok jangan lupa rajin menyontek juga." Murid SD : “Setuju, besok saling contek ulangannya ya teman-teman” |
Koda | Sambil menepuk jidat, guru berkata dalam hati, ”Aduh-aduh, salah ngomong ini, pemikiranku apa yang terlalu pendek, ya.” |
Add your comment